Umurnya masih belasan. Tepatnya 18 tahun. Ia baru lulus SMA tahun lalu. Ketidak mampuan keluarganya sehingga ia tidak dapat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Siang itu ia memakai kerudung hijau. Wajahnya polos tanpa riasan apapun, kulit sawo matangnya disapu bedak yang kurang rata sehingga nampak belang-belang
Dengan ramah ia menyapaku, dari dialek yang ia pakai maka sudah pasti ia berasal dari Madura, Indonesia. "Dari Indonesia ya dik? sapaku sebelum menjawab pertanyaannya berapa lembar yang akan aku fotocopy. Ya, ia bekerja di sebuah tempat fotocopy langgananku.
"Seminggu lalu, saya ke sini saya belum lihat adik ada di sini? "
"Ya, Mbak. Aku baru empat hari di sini."
"Mbak kuliah di sini?
"Ya, alhamdulilah."
Selama ia menfoto copy, ia menceritakan kenapa ia sampai berada di Malaysia. Ia memilih untuk pergi ke Malaysia karena banyak orang di kampungnya bekerja di Malaysia dan dapat kirim uang untuk orangtua mereka. Ia tidak tega jika harus meminta uang kepada orangtuanya meskipun sekedar makan seadanya orangtuanya masih mampu memberi makan dia dan dua orang adiknya dari bertani lahan memilik tetangga mereka. Tetapi melihat orangtuanya sudah mulai menua, dan keperluan tidak hanya makan. Ia dan adik-adiknya perlu baju untuk menutupi tubuh dari hawa dingin dan panas. Mereka bertiga juga perlu pembalut jika datang bulan, dan mereka tidak sanggup untuk membelinya. Lalu, ia memutuskan ikut bersama teman-temannya ke Malaysia, adalah pilihan terbaik yang ia punya. Beberapa teman SMAnya melarangnya, tetapi takdir mereka berbeda. Teman-temannya memiliki orangtua yang berkemampuan untuk mengantarkan mereka ke bangku kuliah. Mereka bisa tidur di kamar yang nyaman, terpenuhi segala keperluan mereka. Sementara ia, hanya memiliki cinta dan kasih sayang orangtua. Oleh sebab itu, ia harus pergi agar kasih sayang orangtuanya masih lama ia rasakan, maka ia harus membantu mereka untuk menafkahi keluarga.
Aku mendengarkan dengan haru dan bangga. Ia bukan seorang anak gadis yang manja dan egois. Banyak sekali diluar sana, anak-anak yang tahunya hanya meminta kepada orangtua mereka dan tidak perduli akan keadaan orangtua, jangankan untuk perduli, bertanya saja mereka tidak. Siti, gadis remaja itu harus rela pergi ke suatu negara yang sama sekali ia tidak tahu tentang adat dan budaya mereka. Tidak memiliki teman apalagi saudara. Hanya tekad yang kuat untuk merubah nasib keluarganya.
Aku pergi meninggalkan toko itu dengan hati yang mengharu biru. Siti rela jadi TKW, demi merubah nasib keluarganya. Saat seusia Siti, aku juga tidak dapat melanjutkan kuliah dan harus bekerja untuk menabung dan kemudian aku bisa kuliah dengan tetap sambil bekerja. Siti, tidak seberuntung itu.
Dua hari berikutnya aku kembali ke toko itu untuk foto copy lagi. Aku mencari Siti tidak nampak di antara 6 orang karyawan photocopy. Ketika aku berjalan masuk ternyata ia ada dipaling belakang. Ia memiliki rambut panjang.
"mana hijabmu Siti?'
"Bos melarangku pakai Hijab"
Aku tidak menanya lebih lanjut. Karena aku tahu, apalah daya seorang Siti. Jika ia protes maka pasti ia akan dikeluarkan. Ia tidak punya pilihan....
#TKW#TKI#INDONESIA#PEREMPUAN#WANITA