Friday 18 January 2019

Bobby, sang pelipur lara telah pergi untuk selamanya...


Bobby in loving memory



Jiwa yang baik telah pergi Rabu, 26 Desember 2018. Bobby pergi dalam usia 13 tahun dengan berbagai problem kesehatan ketuaan. Hari pertama dia datang ke rumah ini telah merubah banyak hal tentang hidup saya. Bersama Candy, Bobby ikut menemani kami tinggal di Kuala Lumpur, Malaysia selama 4 tahun. Kami kembali tentu saja mereka ikut bersama kami.

Bobby memiliki karakter penyayang, pengalah. Ia tidak pernah melawan Candy. Ia biarkan Candy merebut makanan, mainan atau kasurnya. Bobby yang mengasuh Candy di rumah ketika saya kuliah dan bekerja. Selama ini Bobby bertindak sebagai pelindung ketika saya di rumah sendirian. Meski beratnya hanya 5 kilo, tetapi ada dia bersama, hati merasa tentram. Suaranya jika menyalak seperti anjing besar. Cukup membuat nyali orang ciut jika mendengarnya tapi jika melihatnya maka orang akan tersenyum betapa kecil dan pendeknya Bobby.


Kami membawanya ke Klinik tanggal 24 Desember karena Bobby muntah dan gak mau makan. Suhu badannya sangat rendah 36. Besar harapan kami dia akan bertahan karena semangatnya sangat tinggi. I called him my little warrior. Bobby rawat inap di klinik. Tanggal 25 Desember bersama suami, ibu saya dan Candy kami menenggok Bobby. Suhu badannya naik 38. Makin besar harapan kami. Walau Dokter mengatakan suhunya naik turun. Malamnya kami pulang. Sejak kematian Tiger kucing kami di Kuala Lumpur, saya selalu berpesan kepada Candy dan Bobby jika suatu saat mereka pergi, mereka harus pamit jangan seperti Tiger pergi tanpa kami ada di sisinya. Bobby juga sayang kepada kucing, Bobby jika tidur selalu bersama Tiger.

Tanggal 26 Desember saya ke kantor, saya pulang awal jam 12 kami ke klinik. Kami sampai jam 13. 15 di klinik. Masuk ke ruangan Bobby, ia sedang tremor, dokter perbaiki infusnya yg menetes, dia masih tremor. Kami panggil namanya berulang, saya, ibu dan suami membelai badannya, ia berusaha melihat kami, suami saya memberikan tangan untuk dia cium, ia menciumnya. Dua kali tarikan dia pergi dengan damai, seperti dia tidur. Pecah tangis kami bersamaan. Saya menangis seperti anak kecil. Hati bagai tersayat sembilu.

Saya mengendongnya dan memeluknya. Perjalanan macet lebih dari 1,5 jam baru sampai ke rumah. Sepanjang perjalanan saya berharap, ia hanya pingsan, dan akan bangun. Tapi tidak, Bobby tetap seperti tidur, tak bergeming. Bahkan ketika meninggalkan klinik saya lupa tidak memakai sepatu saya. Dunia terasa gelap. Jiwa yang setia menemani saya telah meninggalkan saya. Di saat sakit ia mesih menepati janjinya setia menunggu kami untuk pergi menemui sang pencipta. Jiwa yang selama ini selalu ada ketika titik terendah dalam hidup saya. 

Saya mandikan Bobby dengan tisu basah, saya lap seluruh badannya dan membersihkan kotorannya yang terakhir. Suami saya mengkafaninya dan kami menanamnya di tempat ia biasa bermain. Ia tak pernah meninggalkan kami, ia selalu di rumah dan ia selalu ada di hati kami.

Mungkin bagi orang yang tidak pernah merasakan kasih sayang dari hewan, akan mengatakan saya lebay bla bla bla. Mungkin salah satu penyebab adalah hubungan manusia dengan anjing lebih membahagiakan karena anjing memberikan cinta tanpa syarat (Unconditional Love). Saya menulis ini untuk memberi tahu kepergian Bobby agar suatu saat tidak ada lagi pertanyaan yang nantinya akan membuat saya menangis. Orang yang memiliki ikatan emosional yang kuat dengan peliharaannya pasti akan mengalami seperti yang kami alami. Bobby bukan sekedar hewan, ia memiliki jiwa. Jiwa yang penuh kasih dan ketulusan serta kesetiaan. 

Candy yang sejak di adopsi umur sebulan sampai sekarang umur 6 tahun tak pernah berpisah dengan Bobby. Sejak Bobby di klinik, Candy kehilangan keceriaannya, bahkan sekarang susah makan, minumpun tidak mau. Kami membawanya jalan ke depan rumah, ia berhenti di depan pohon yang biasa Bobby kencingi. Candy tak mau pulang. Matanya berkata, jangan sedih Bobby di sini, ayo bawa Bobby pulang. Saya mengatakan bobby ada di rumah, itu Bobby ayo lari, ayo kejar dan Candy lari sekencang2nya. Kami berdua berlari mengejarnya sambil bercucuran air mata. 

Yang bikin miris, Candy meletakan wortel/carrot yg saya berikan untuk Candy di atas kuburan Bobby. Mereka berdua sangat suka carrot. Biasanya tiap pagi mereka minta seiris wortel atau ketika saya pergi kerja atau keluar, itu adalah sangu/treat penghibur karena saya keluar rumah. Sekarang Candy tak mau makan wortel lagi sebab wortel biasanya mereka makan berdua. Bolak balik Candy lihat wortel itu dan masih blm di atad kuburan Bobby. Lalu di ciumnya batu nisan Bobby. Kembali saya bercucuran airmata? akhirnya ibu sy mengambil wortel itu. Ketika Candy melihat lagi wortel sudah tidak ada. Nampaknya ia berpikir sudah dimakan oleh Bobby, Saya, Ibu sy dan suami serta Candy sama sama terpuruk dalam duja. Mahkluk yang seberat 5 kilo itu mampu meluluh lantakkan hati kami.

Kami ikhlas melepaskan Bobby tapi melupakan kenangan itu berat... Karena mereka bukan sekedar hewan..mereka sebuah jiwa..
Bobby sekarang Sudah bertemu dan bermain bersama dengan Alucard (German Shepherd) dan dua kucing kami Tiger dan Molly yang meninggal di Kuala Lumpur, Malaysia

Terima kasih Allah, telah diberikan kesempatan hidup bersama Bobby, menjadi sahabat yg menceriakan hati, yg begitu tulus, setia sampai akhir hayatnya. Ia berikan seluruh hidupnya untuk saya. Mengenalnya makin membuat saya menyayangi semua makhluk ciptaanMU yg lain.

Bobby, raga kita tak dapat bertatap lagi tapi jiwa kita akan tetap saling menyayangi. Alam yg memisahkan tapi kasih sayang akan ttp ada selamanya. Terima kasih Bobby terima kasih terima kasih terima kasih. We love you so much..

" sayangilah mahkluk di bumi maka yang di langit akan menyayangimu"


"Goodbyes are only for those who love with their eyes. Because for those who love with heart and soul there is no such thing as separation" (RUMI)


No comments:

Post a Comment

Bobby, sang pelipur lara telah pergi untuk selamanya...

Bobby in loving memory Jiwa yang baik telah pergi Rabu, 26 Desember 2018. Bobby pergi dalam usia 13 tahun dengan berbagai probl...