Tuesday, 18 June 2013

W A R I S A N


Siapa yang tidak tertarik dengan uang? Semua orang pasti tertarik, uang itu tidak mengenal suku, ras maupun agama. Bahkan ada juga yang menjadikan uang sebagai TUHAN mereka, Semua mereka lakukan demi uang. Merampok, mencuri bahkan korupsi uang yang bukan hak mereka. Harta bisa menurunkan derajat manusia, menghancurkan citra manusia sendiri dan harga diri manusia, juga bisa meremukkan ikatan persaudaraan maupun pertemanan.  Yang parah adalah perebutan harta/warisan.  Banyak sekali terjadi perselisihan diakibatkan masalah warisan bahkan sampai terjadi pertumpahan darah. Anak yang membunuh Ayah/Ibu mereka karena warisan tidak kunjung dibagi, antara kakak dan adik bermusuhan atau saling bunuh karena ingin mendapat yang lebih besar. Masalah warisan ini sudah terjadi sejak zaman kerajaan, perebutan tahta dan warisan sudah banyak kita baca di dalam buku buku sejarah.

Jika zaman dahulu hanya Raja dan Bangsawan yang memiliki harta yang berlimpah namun zaman sekarang banyak sekali “raja raja kecil” yang memiliki harta berlimpah baik yang mereka peroleh murni dari kerja keras mereka maupun yang mereka peroleh dari“merampok” uang rakyat. Kenapa orang berlomba lomba mengumpulkan harta baik secara halal maupun tidak? Karena manusia itu punya sifat tidak pernah puas, memiliki nafsu untuk memiliki semuanya. Seolah apa yang dimilik tidak pernah cukup dan selalu ingin lebih. Tidak ada salahnya menjadi kaya, apalagi usaha tersebut dengan jalan bekerja keras dan halal serta mau berbagi dengan yang tidak mampu.

Namun, tujuan yang tadinya baik, yakni ingin memperoleh kehidupan yang lebih baik, membahagiakan keluarga, mulai bergeser dengan melakukan cara cara yang tidak baik untuk mencapai tujuan, menghalalkan segala cara. Mencari jalan pintas, jalan pintas jadi kaya. Perempuan/laki laki punya cara dengan mencari suami/istri yang kaya agar memperoleh kehidupan yang nyaman tanpa kerja keras, yang sudah menikah jika punya jabatan maka bisa korupsi uang  yang bukan haknya, istri yang tahupun pura pura tidak tahu, padahal tahu resiko jika suaminya ketahuan maka suaminya akan masuk penjara? Tapi dengan harta yang mereka miliki, tidak perduli suami, ayah dalam penjara selama mereka masih dapat menikmati harta peninggalan ayah meski berada dalam penjara. 

Anak anak yang hidup dalam lingkungan serba ada,  cenderung  merasa tenang bahwa punya banyak warisan yang mereka warisi nantinya.Dari semua contoh ini tentulah tidak semua orang seperti itu, tentulah masih dan masih banyak orang yang memiliki tujuan hidup yang baik dan penuh semangat menjalankan hidup meski tidak ada jaminan warisan/gono gini tapi tetap semangat menjalankan hidup mereka meski penuh perjuangan dan air mata. Bukankah hidup itu pilihan? Pilihan menjadi baik atau tidak.

Kisah nyata yang dialami oleh dua orang perempuan, sebut saja namanya Putri dan Gadis. Kebetulan mereka tinggal di luar negeri dan memiliki pasangan orang asing di Negara tempat mereka tinggal. Putri tidak pernah tahu bahwa pasangan yang telah dia kenal selama 5 tahun lebih adalah anak  pengusaha kaya raya.  Putri mengenal pasangannya sebagai ordinary people, yang hidup disebuah flat sewaan sederhana dan bekerja keras untuk hidupnya, bahkan dia mati matian untuk mencari bea siswa untuk S2. Putri sangat terkejut setelah 5 tahun menjalin hubungan, ia diajak oleh sang calon ke rumah ayahnya. Selama ini mereka hanya bertemu di restaurant untuk merayakan ulang tahun atau Natal.

Putri sangat terkejut melihat rumah calon mertua, begitu besar bagaikan istana, lengkap dengan pelayan berseragam dan petugas keamanan. Bagi Putri ini sebuah istana bukan rumah. Singkat cerita mereka berbicara di ruang kerja sang ayah. Di sana ada sang ayah, ibu calon mertua Putri, kemudian kakak laki laki dari calon putri, kemudian seorang bapak tua, ternyata bapak tersebut adalah pengacara keluarga mereka. Sang ayah mengutarakan kepada kedua anak laki lakinya bahwa harta sang ayah dan ibu akan diberikan kepada yayasan jantung anak, kanker, ginjal dan yayasan HIV untuk anak anak, semua harta akan didonasikan kepada anak anak yang membutuhkan biaya untuk penyembuhan mereka serta anak anak yatim piatu. Sang ayah bertanya apakah mereka setuju.


Reaksi dari calon Putri dan kakaknya? Jauh dari bayangan Putri bahwa kedua pria itu akan  marah dan protes, yang terjadi adalah keduanya memeluk orang tua mereka dan mengatakan  I love u dad, mom, we are very proud of you! Yang terjadi membuat Putri heran, kenapa mereka tidak menuntut hak mereka sebagai anak kandung untuk warisan orang tua mereka? Sang calon menjelaskan bahwa sejak umur 17 tahun mereka sudah keluar dari rumah orangtua mereka dan mereka biayai kuliah sendiri dengan bekerja. Mereka ingin seperti orangtua mereka, yang mandiri dan sukses atas usaha mereka sendiri bukan karena harta orang tua. Mereka merelakan semua harta itu untuk membantu anak anak yang sakit jantung, kanker,  ginjal, HIV dan anak anak yatim piatu, mereka semua perlu pertolongan, sementara dia dan kakaknya memiliki tubuh yang sehat sehingga dapat bekerja untuk masa depan mereka! Luar biasa pikir Putri, dia tidak salah memilih calon suami. Bagiamana dengan anda? Apakah punya reaksi yang sama? Atau protes? jika orangtua anda berikan harta mereka untuk didonasikan?

Namun tidak begitu halnya dengan Gadis, dia tidak dapat menerima sikap suaminya yang tidak menuntut hak warisan kepada Ibunya yang janda kaya raya tapi memberikan warisannya kepada anak anak korban perang, rumah sakit jompo dan yayasan kanker payudara dan rahim. Menurutnya suaminya sangat bodoh, memilih hidup susah daripada menuntut hak warisan kepada ibunya. Bahkan dengan dingin dia berkata, aku akan mencarikan ayah yang kaya untuk anakku karena suamiku menghilangkan kesempatan kami untuk hidup nyaman???Saya sungguh terkejut dengan kalimatnya. Dia bilang ingin berpisah, sebab dulu tujuannya menikahi suaminya karena dia tahu bahwa suami anak seorang janda  pengusaha yang kaya raya. Astagafirullah al adzimm. Ternyata pernikahan karena harta.. Menurut saya, seharusnya dia bersyukur memiliki Ibu mertua yang dermawan dan suami yang memiliki hati yang baik seperti Ibunya. Bersyukur mempunyai suami yang mengajarkan kemandirian kepada anaknya. Tapi itulah manusia memiliki kecenderungan untuk memikirkan diri sendiri daripada memikirkan efek baik untuk masa depan anaknya. Lebih mementingan egonya untuk hidup nyaman, walau dengan bahasa bahwa dia perjuangan masa depan anaknya? Apakah masa depan anak itu akan menjadi baik dan bahagia dengan memiliki harta berlimpah warisan neneknya? secara materi mungkin iya, tapi kebahagiaan itu tidak dapat diukur dengan materi.

Tujuan dari ahli waris atau pun pemilik harta tersebut pastilah memilik tujuan itu baik.  Bisa saja orang tua membagikannya untuk mencegah kesulitan ekonomi yang akan menghadang anak anak di masa depan. Itu tujuan yang mulia. Tapi jika anak anak yang diberikan warisan tidak dapat mengelola yang dengan baik, maka harta yang segunungpun akan habis, karena tidak dapat mengelola, hanya bisa menghabiskan, karena biasa hidup dimanja dengan semua fasilitas. Banyak teman saya yang dulu kuliah S1 sudah naik mobil mewah, tinggal dirumah mewah tapi ketika bertemu lagi mereka tidak punya apa apa lagi sebab peninggalan dari orang tuanya habis.

Di negeri barat, ada juga yang meninggalkan warisan untuk anak anak mereka namun diberikan secara bertahap, tidak langsung sekaligus dan warisan diberikan ketika usia mereka 30 tahun, kemudian 35 tahun, yang terakhir 40 atau 45 tahun. Dimaksudkan agar mereka tidak semena mena menghabiskan warisan dan sudah mempunyai pemikiran dan lebih bijaksana pada usia tersebut sehingga tidak emosional menghabiskan warisan kekayaan orangtua mereka.
Menurut saya, akan lebih baik kita meninggal “warisan ilmu” dan “ilmu hidup” kepada anak anak kita kelak. Kita tidak pernah tahu yang akan terjadi di depan. Kita tidak akan selamanya hidup untuk mendampingi mereka, tidak akan selalu berada disaat sulit mereka Dengan membekali mereka dengan ilmu pengetahuan dan ilmu hidup mereka akan bisa survive dalam keadaan apapun tanpa harus bergantung kepada kita dan menunggu warisan kita atau mencari pasangan yang kaya. Tapi mereka dapat menjadi manusia yang mandiri, tidak bergantung hidup kepada siapapun, tapi masa depan ditentukan oleh usaha mereka sendiri. 

Warisan yang kita berikan adalah “mendidik hati” mereka dengan baik sehingga mereka akan tumbuh jadi manusia yang penuh belas asih terhadap sesama manusia, memiliki empati terhadap orang lain,  memiliki kasih sayang terhadap flora dan fauna sehingga keberadaan mereka bermanfaat untuk kehidupan ini. Mendidik mereka untuk menjadi pribadi yang mandiri dan tangguh  untuk menghadapi cobaan hidup yang mungkin akan mereka lalui, karena hidup ini bagaikan roda, kadang kita diatas kadang kita dibawah dan hidup ini penuh onak dan duri. Mengajari mereka untuk menjadi pejuang pejuang yang tangguh dan pantang menyerah.

Sunday, 16 June 2013

H A T I



“ Di dalam tubuh manusia terdapat segumpal daging, jika segumpal daging itu rusak maka rusaklah seluruh tubuh manusia itu, segumpal daging itu adalah hati “. Sekiranya itu benar maka jika kita memiliki hati yang tidak baik maka tubuh kita akan rusak, mungkin karena hati kita rusak membuat kita menjadi berpikir tidak baik / negatif dan aura yang kita keluarkan menjadi tidak baik dan mempengaruhi segala sikap dan tingkah laku kita, karena di dalam  pikiran hanya ada sesuatu yang buruk.


Jika hati terdapat di dalam tubuh kita, maka tentulah kita yang memilikinya, dan kita bebas menentukan kepada siapa saja memberikan hati kita, tidak ada seorangpun di dunia ini yang dapat memaksakan kita untuk memberikan hati kita untuknya. Meski ada yang berkata bahwa harta dapat membeli hati (cinta) tapi saya tidak sependapat, harta tidak dapat membeli hati. Yang dapat dibeli oleh harta adalah keserakahan, kepalsuan dan kemalasan bekerja, hanya mau menikmati hidup tanpa mau berusaha, bekerja dan berjuang. Walaupun segala keperluan dari ujung kaki sampai rambut dipenuhi, segala fasilitas yang mewah, semua serba ada tapi hati tidak dapat dipaksakan untuk mencintai, mungkin manusia dapat bersandiwara sepanjang hidupnya tapi manusia tidak dapat membohongi hati nurani, maka segala yang dia lakukan penuh dengan ketidak ikhlasan karena tidak dari hatinya. Ragawi dapat dimiliki tapi tidak dengan hati, karena hanya hati itulah yang betul-betul kita miliki, jadi tidak siapapun yang dapat memaksa apalagi mengaturnya. Hati adalah hak prerogatif yang manusia miliki. Dipanah seribu panah sekalipun orang tidak dapat memaksakan hati orang lain.


Hati juga tidak dapat dipaksakan untuk membenci karena jika di dalam hati manusia ada kasih sayang sedikit saja, maka meski sekuat apapun manusia dipaksa untuk membenci tapi tetap tidak akan bisa, hati itu akan berontak, karena hati (cinta) itu seperti batuk yang tidak dapat ditahan dan disembunyikan. Ada orang bilang orang yang berpembawaan keras, berbicara keras di“tuduh” tidak baik, tidak punya hati ...padahal tidak selamanya begitu, banyak orang yang penuh kelembutan tapi di dalam hatinya penuh dengan kebusukan. Rupa yang cantik nan elokpun tidak menjamin memiliki hati yang cantik.




Hati oh hati...semoga diterangi oleh cahaya sehingga hati selalu bersih, sehingga melakukan sesuatu berdasarkan ketulusan...



BALAI MELAYU MUSEUM HOTEL

Balai Melayu Museum Hotel (BMMH)  is a very cultural hotel in  Indonesia. For me BMMH is not only giving me a splendid accommodation but also giving me priceless  knowledge on multicultural Malay through the existing mini museum in this hotel.  This hotel give me the experience of Malay culture in the heart of Javanese culture. 

I can feel the touch of Malay traditional mix with modern facilities from the architectural design of 'balai' which means house. This experience is just like a de ja vue in seeing real Malay world, not only from the design but also from all of the existing facilities.  10 rooms’ of marvelous Malay bedrooms are set in traditional Malay house with private balcony surrounded by tropical gardens.

The distance of this hotel to Malioboro street, Sultan Palace, Kota Gede ( silver), Kasongan Village, Prambanan Temple and Adi Sucipto International Airport is only within 15 minutes, so it is very convenient to look around Yogyakarta. 

What I love so much about this hotel is the interior of each rooms is very stuning by exposing Songket from Minangkabau, Palembang, Riau, Kalimantan and Malaysia. It show the Malay culture in Javanese ambience. So do come and visit BMMH!

www.balaimelayu.com
Balai Melayu Museum Hotel
Jl. Gambiran No 85 Yogyakarta, Indonesia

M A H A R A T U TOUR


Maharatu Tour


Maharatu Tour  is a travel agents centered in Yogyakarta, 
Indonesia. Yogyakarta is the central locus of the Javanese culture by which we will bring our partners and customers into the very classic cultural heritage. Maharatu commits to give excellent services to our international and domestic partners and costumers. Our travel agent has experinces in serving partners and customers from different groups of tourist and institutions such as universities, schools, companies, local government offices, and many others. 

Maharatu guarantees you getting the most convenience services since it is supported by professionals, dedicativesand well – skilled staff. It also offers very competitive rates even lesser than other and be ready to compete with other industries of the same field. We serve best at booking Hotels, Restaurants. We offer lower price than standard price, your comfort and your satisfaction is always be our main priority. 

Our service is arranging your journey not only to the exotic places in Java Island and all over Indonesia, but also to bring you watching and engaging the unique culture and tradition of the local people. We also over eco-tourism and philantropic tourism if you want to engage in supporting the quality of life of local people constructively. You can be assured that your journey will be well taken care of throughout the duration of your trip by our experienced team and friendly staff. Offering the highest level of personalized service is our main priority and we aim to anticipate all needs and requirements. Trust us as your travel Agent.

Contact us : maharatuyuna@yahoo.com

PEREMPUAN MELAYU BERKARYA





Pertengahan Mei lalu saya menghadiri sebuah acara yang ditaja oleh SEBUDI (Sahabat Seni dan Budaya). SEBUDI  adalah  kumpulan yang terdiri dari  penulis, penyair, pemusik dan budayawan yang bergerak di bidang kebudayaan Melayu.  Dalam acara ini SEBUDI   bekerjasama dengan Galero Melora, Kota Buku,  Institut Terjemahan & Buku Malaysia (ITBM), Dewan    Bahasa dan Pustaka (DPB), Jeumpa De Ramo mengadakan acara bertajuk "Mesra Penulis Wanita"  yang diselenggarakan di Hotel Jeumpa d'Ramo, Bangsar, Malaysia.
Dalam acara ini SEBUDI menghadirkan  penulis terkemuka di Malaysia yang telah menghasilkan karya-karya berpengaruh.

Gembira hati dapat berjumpa dengan penulis dan akademisi perempuan Malaysia. Sebagai seorang perempuan sangat senang melihat perempuan perempuan dapat berperan dalam dunia intelektual. Tidak semua perempuan dapat memperoleh kesempatan meraih pendidikan tinggi. Lebih gembira lagi saya dapat berjumpa kembali dengan kakanda saya Prof. Mawar. Dulu kami berjumpa di Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu ( www.melayuonline.com) dan dibeberapa seminar tentang dunia Melayu, baik di Indonesia dan Malaysia. 

Semoga kegiatan kegiatan intelektual yang melibatkan perempuan terus menerus dilaksanakan sehingga akan memberi semangat kepada kaum perempuan yang lain untuk berkarya dan berkembang. Perempuan adalah tiang keluarga dan Negara. Keluarga dan Negara kuat  dan hebat apabila memiliki perempuan cerdas dan kuat.

MELAYU di BUMI MATARAM




Tak Melayu Hilang Di Dunia

“Jika Roboh Kota Malaka, Papan di Jawa Kami Tegakan” ialah ungkapan Melayu yang menunjukan adanya persebatian, persahabatan dan kekeluargaan antara Jawa dan Melaka, dalam konteks sekarang boleh dikatakan sebagai persebatian Indonesia Malaysia. Banyaknya persamaan antara Indonesia Malaysia bukanlah suatu kebetulan sahaja tapi ada sejarah yang berkait kelindan diantara kedua negara yang terkadang mengalami pasangan surut. Seperti abang dan adik yang terkadang bergaduh dan kemudian baik semula, kerana kita masih satu keluarga, satu bangsa, yakni bangsa Melayu.

Oleh kerana itu saya melihat persamaan bukan perbezaan maka saya beranikan diri saya untuk menulis dalam bahasa Melayu. Matlamat saya harus segera dapat bercakap dan menulis dalam bahasa Melayu Malaysia. Prinsip hidup saya adalah “dimana bumi dipijak disitulah langit dijunjung. Status warga negara saya adalah memang warga Negara Indonesia namun duduk di bumi Malaysia, dan sayapon merasa seperti berada di negeri saya sendiri. Kita mempunyai iras muka yang sama, sama sama Melayu, dan menggunakan bahasa Melayu walau ada sedikit perbezaan. Mungkin sedikit susah saudara saudara di Malaysia memahami ayat ayat dalam tulisan saya ini.

Masa saya menulis tulisan ini saya sudah duduk di Malaysia hampir empat bulan. Ini bukan pertama kali saya berada di Malaysia. Saya sudah ulang alik ke Malaysia sejak 2004. Pada masa saya berada di Indonesia, saya tinggal di kota Yogyakarta, kawasan yang memperoleh keistimewaan kerana memiliki seorang Sultan yang secara politik maupun budaya masih bertahta, seperti halnya Sultan dari suatu negara bagian di Kerajaan Malaysia.  

Sebelum saya bermaustautin di Kuala Lumpur.  Saya pernah bekerja sebagai Pengurus dan penyelidik untuk kajian Melayu. Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu (BKPBM) dibina 4 Juli 2003, di Jalan Gambiran No 85 Yogyakarta. Pengarah daripada BKPBM iatu Datuk Seri Citrawangsa Mahyudin Al Mudra, SH, MM. Beliau lahir di Riau dan bermaustaustin di Yogyakarta.  Jiwa dan darah Melayu beliau tak hilang meski berada di bumi Mataram. Beliau membina BKPBM agar orang Melayu tetap terus mencintai dan mewarisi budaya dan tradisi nenek moyang.

Sebagai pegiat dan pecinta budaya, saya sangat teruja mendapati website yang dilancarkan BKPBM yakni www.melayuonline.com ramai diminati oleh generasi muda kita. Ramai orang awam yang mencintai budaya Melayu dari Malaysia singgah ke pejabat BKPBM untuk bertukar matlumat mengenai Melayu di Semenanjung. Ramai pula sokongan dan kunjungan akademisi negara serumpun Melayu, terutama Malaysia, Brunai, Singapura dan Thailand. Email yang masuk banyak memberikan respon positif. Berbagai kerjasama dilakukan dalam berbagai seminar dan majlis seni Melayu. 

Kita berbeza negara tapi kita adalah bangsa Melayu. Kita dapat bersama sama kerana kita memiliki kecintaan yang sama terhadap budaya dan tradisi Melayu. Budayalah yang menyatukan kita Melayu serumpun, meskipun sempadan politik memisahkan kita, Tunjuk Ajar Melayu telah mengajarkan kepada kita untuk menghargai di dalam banyaknya perbezaan, sampai bila bila, jika kita hanya menengok perbezaan maka kita tidak akan pernah dapat duduk bersama untuk mengangkat kembali “Batang Yang Terendam”, mengangkat kembali tamadun Melayu di nusantara ini

Membina Melayu di tanah Jawa bukan hal mudah, apatah lagi BKPBM tidak mendapati dana daripada kerajaan Indonesia. Penerbitan buku Melayu ialah usaha yang dilakukan BKPBM tapi usaha tersebut belum lagi banyak dapat membantu aktiviti akviti penyelidikan BKPBM. Tahun lalu BKPBM telah di ubai suai bilik kerja kaki tangan untuk menjadi bilik bilik yang boleh disewa oleh awam bila mereka bercuti di Jogja. Balai Melayu Museum Hotel (BMMH) mempunyai reka bentuk Melayu Moden, desain setiap bilik di hiasi ukiran Melayu, Songket dari berbagai kawasan ( Minang, Palembang, Riau, Aceh, Medan, Sambas,Trengganu ).

Saat ini saya berada di “jantung” Melayu, ini merupakan kesempatan baik untuk saya mempelajari adat istiadat serta tradisi Melayu di Malaysia. Matlamat BKPBM dibina adalah untuk mempersatukan Budaya Melayu serumpun dan menjauhkan daripada unsur politik. Kita berbagi budaya, berbagi sejarah, dan berbagi kebersamaan ini merupakan benih kemajuan masa yang akan datang bagi budaya Melayu Nusantara yang beragam. Meski saya bukan warga negara Malaysia tapi sebagai bangsa Melayu saya sangat kecewa jika ada pihak mengatakan “Malingsia”, Malaysia mencuri.. sungguh mereka tak paham sejarah, mereka tak paham bahwa kita berbagi kebudayaan, berbagi nenek moyang, dan berbagi salsilah yang sama, yaitu Bangsa Melayu. 

Saya berkata ini bukan kerana saya duduk di Malaysia tetapi saya sungguh sedar bahwa sejak zaman kerajaan dulu sebelum ada Indonesia Malaysia kita hidup berpindah, berkahwin satu sama lain, jika diselidiki darah Melayu di sini pasti ada kaitan dengan Indonesia, demikian pula sebaliknya, semada diakui maupun tak. Dalam pandangan peribadi saya, tak ada masalah jika saudara di Malaysia merawat budaya peninggalan atuk atuk mereka, seperti batik, wayang, alat musik, kain tenun atau songket, keris, karena semua warisan itu adalah milik bersama untuk masa hadapan. 

Bobby, sang pelipur lara telah pergi untuk selamanya...

Bobby in loving memory Jiwa yang baik telah pergi Rabu, 26 Desember 2018. Bobby pergi dalam usia 13 tahun dengan berbagai probl...