Saturday 25 January 2014

TKW & TKI




Datuk Seri Ahmad Zahid Hamidi (Mentri Dalam Negeri Malaysia) sedang memerika dokumen  - Photo Bernama.

Tenaga Kerja Wanita (TKW) dan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) banyak bekerja dinegara seperti Malaysia, Singapura, Brunei, Korea, Jepang dan Suadi Arabia. TKW banyak bekerja sebagai Pembantu Rumah Tangga (PRT) dan bekerja di pabrik pabrik. Sedangkan TKI bekerja pada bidang bangunan dan pabrik pabrik.

TKW & TKI telah banyak mendatangkan devisa bagi negara. Karena jasa mereka maka mereka disebut Pahlawan Devisa. Para Pahlawan Devisa ini sayangnya tidak mendapatkan perhatian yang cukup dari pemerintah. Kurangnya pembelaan terhadap hak hak mereka. Jika mereka pulang ke tanah airpun mereka diperlakukan kurang manusiawi. Di airport mereka dipisahkan dengan penumpang lain. Adanya perbedaan kelas. Alasannya untuk mendata mereka. Bukankah saat pendataan dapat dilakukan saat mereka pergi?

Mereka pulang dengan gembira membawa jerih payah mereka bertahun tahun tapi justru di “rampok” setelah mereka tiba di tanah kelahiran mereka sendiri. Pilihan menjadi TKI & TKW karena tidak mereka memiliki peluang untuk bekerja karena minimnya pendidikan atau bahkan tidak berpendidikan sama sekali. Negara tidak memberikan lapangan kerja yang cukup untuk warga negara, sehingga mereka harus bekerja di negara lain demi sesuap nasi.

Jika kita ke Singapura, pada hari Sabtu dan Minggu maka banyak sekali tenaga kerja dari Philipina yang kita jumpai di jalan Orcad Road. Mereka memperoleh libur untuk pergi ke gereja dan bersantai. Pemerintah Philipina memperjuangkan hak para pekerjanya, tidak hanyamasalah gaji, tapi juga hak untuk libur. Bagaimana dengan pemerintah kita?

Menjadi TKW & TKW karena mereka ingin merubah nasib mereka. Jika bertahan di kampung maka mereka akan menjadi pengangguran. Mereka tidak punya lahan untuk digarap. Mereka tidak memiliki modal apapun. Yang mereka miliki adalah tenaga untuk bekerja. Namun, keinginan mereka tidak disambut baik oleh semua pihak. Banyak pihak pihak yang memanfaatkan situasi. Banyak para pencari kerja untuk menjadi TKW dan TKI telah dimanfaatkan oleh individu individu untuk memperkaya diri sendiri dan keluarga mereka.

Mereka menipu para TKW & TKI dengan menjanjikan akan dicarikan pekerjaan, namun tak jarang mereka tertipu uang untuk diberangkatkan tapi mereka tidak kunjung diberangkatkan. Belum lagi kaum perempuan ditipu dijanjikan bekerja jadi PRT atau pabrik, tapi mereka dipekerjakan sebagai wanita penghibur. Dan malangnya jika para TKW bertemu dengan majikan yang nakal dan tidak memberikan gaji sebagai hak mereka.

Banyak juga TKW yang disiksa oleh majikan mereka. Majikan yang kesal karena PRT tidak dapat  menggunakan alat alat rumah tangga dan malah rusak.  Ini terjadi karena tidak adanya pendidikan dari agen agen yang memberangkatkan TKW. Bagiamana mereka bisa menggunakan mesin cuci, vacum cleaner atau bahkan menggosok jika dikampung mereka tidak memiliki apalagi menggunakan barang barang tersebut? TKW yang belum pernah punya pengalaman bekerja dan tidak diberikan training sebelum berangkat maka mereka akan mendapatkan masalah jika mereka tidak dapat menggunakan alat alat tersebut dan majikan tidak memiliki kesabaran untuk melatih mereka.

Itu baru permasalahan para tenaga kerja yang memiliki izin resmi. Di Malaysia khususnya, banyak tenaga kerja yang tidak memiliki izin. Mereka datang dengan passport turis dan kemudian mereka bekerja. Pekerja Asing Tanpa Asing (PATI) di Malaysia cukup banyak. PATI berasal dari Indonesia, Myamar, Bangladesh, Philipinan dan Thailand. PATI yang paling banyak berasal dari Indonesia. Malaysia bertetangga dengan Indonesia, dan memiliki banyak kesamaan dari budaya dan bahasa, salah satu faktor pendorong para pekerja dari Indonesia untuk datang mengadu nasib ke Malaysia.

Biaya yang tinggi untuk mendapatkan pekerjaan secara resmi dari agen membuat mereka nekat memilih datang ke Malaysia secara ilegal. Mereka datang bermodalkan kenekatan. Kenekatan untuk merubah nasib. Mereka tidak lagi memiliki kesempatan untuk bekerja di negara sendiri, mau datang secara resmipun mereka tidak memiliki biaya yang cukup atau karena mereka kecewa tertipu oleh agen agen. Ini adalah kegagalan pemerintah menyediakan lapangan pekerjaan bagi warga negara.

Kedatangan mereka secara ilegalpun terkadang dimanfaatkan oleh para majikan yang nakal. Mereka dipekerjakan dengan gaji yang rendah. Mereka ditekan karena tidak memiliki dokumen resmi. Mereka yang tidak punya pilihan hanya bisa pasrah menerima nasib. Bagi mereka yang terpenting adalah bagaimana mereka dapat mengirimkan uang kepada keluarga mereka di kampung.

Sejak 20 Januari 2014, pemerintah Malaysia melaksanakan operasi besar besaran di seluruh Malaysia. Kementrian Dalam Negeri (KDN) yang dipimpin langsung oleh Mentri Dalam Negeri Datuk Seri Dr Ahmad Zahid Hamidi merazia para PATI di tempat bekerja dan tempat mereka tinggal. Apakah salah Malaysia jika mereka menangkap dan memulangkan para PATI? Mereka sebagai abdi negara menjalankan tugas mereka. Jika dulu PATI dipulangkan atas biaya pemerintah Malaysia dan sekarang mereka dipulangkan atas biaya majikan yang nakal dan negara asal PATI. Ini juga bertujuan untuk memberikan hukuman kepada majikan yang nakal, yang tidak mau membuatkan dokumen resmi untuk para pekerjanya.

Jika para pejabat di Malaysia melaksanakan tugas mereka, lalu bagaimana dengan para pejabat di Indonesia? Apakah para pemimpin kita telah menjalankan UUD 1945 pasal 34 ayat 1, 2 dan 3 :
1. Fakir miskin dan anak anak yang terlantar dipelihara oleh negara
2.Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan.
3. Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.


TKW & TKI adalah Warga Negara Indonesia (WNI), Pemerintah RI mempunyai tanggung jawab kepada mereka. Mereka mempunyai hak yang sama sebagai warga negara....

#Warga Negara Indonesia Yang Bermaustautin di Negeri Jiran"
#Tanahair#RI#WNI#TKW#TKI#Merdeka#

No comments:

Post a Comment

Bobby, sang pelipur lara telah pergi untuk selamanya...

Bobby in loving memory Jiwa yang baik telah pergi Rabu, 26 Desember 2018. Bobby pergi dalam usia 13 tahun dengan berbagai probl...