Tuesday, 21 January 2014

T A K D I R


Siti! Rara berteriak berlari keluar rumah memelukku. Tak terasa sudah 3 tahun kami tak berjumpa. Rara bekerja dan kuliah di Bali, sedangkan aku memilih ibukota sebagai tempat untuk mengadu nasib. Pernah sekali Rara mencoba keberuntungan di ibukota , dia tidak betah dengan suasana Jakarta, padahal waktu itu dia akan ditarik bekerja di sebuah perusahaan perumahan yang bonafit! Dengan gaji yang cukup tinggi. Tapi Rara memilih kembali ke Bali untuk bekerja, dia suka pantai, dan dikala dia bersedih, dia akan duduk ditepi pantai.

“ayo masuk, ajak Rara. Aku berjalan mengikuti memasuki rumahnya. Rumah kecil dan asri.
“Untukmu, aku menyodorkan sebuah kado untuknya. Dia tampak bahagia. “Terima kasih, kedatanganmu saja sudah sangat membahagiakanku” sambil mengusap airmatanya. Aku memeluknya. Aku tau betul apa yang dirasakan oleh sahabatku ini.

Kami berteman sejak kami berusia 10 tahun. Aku sangat mengenalnya. Meski kehidupan yang pahit telah membuat kami saling terpisah, tapi jarak tidak pernah bisa memisahkan persahabatan kami. Kami selalu berkirim surat. Kepindahan keluarga Raramu sering bolak balik. Ayahnya seorang pedangan kaki lima. Sehingga mereka seringkali pindah dari satu kota ke kota lain. Dalam suatu surat, Rara bercerita padaku, dia pernah puasa karena tidak ada makanan dan berbukapun hanya dengan sambal. Aku hanya menangis membaca suratnya.

“ calon pengantin tidak boleh banyak menangis” aku mengusap wajahnya yang pucat. Dia memaksakan untuk tersenyum. Aku orang yang prakmatis, bagiku pilihan Rara menikahi laki laki ini, adalah suatu kebodohan. Mengundurkan diri dari pekerjaan dan tidak memiliki rumah. Jika aku menikah haruslah dengan orang kaya! Aku capek hidup susah!

“ Dia sangat baik, kami sama satu visi, aku gak perduli dia tidak punya apa apa, cinta bukan karena status” masih tergiang suara Rara ditelpon 2 minggu lalu.

Kelahiran, jodoh dan kematian memang benar misteri Tuhan. Aku sangat menyayangkan Rara memilih laki laki ini daripada mantan kekasihnya yang masih terus mengharapkannya. Seorang pria lajang, kaya dan yang terpenting sangat mencintai Rara! Tapi sikap posesifnya yang berlebihan mengakhiri rencana pernikahan mereka 8 tahun yang lalu. Sampai saat ini mantan kekasihnya masih terus menunggunya.

Tidak ada seorang gadis di dunia ini bercita cita menikah dengan laki laki tidak punya pekerjaan. Semua gadis ingin menikah dengan laki laki kaya. Bermimpipun aku tidak. Aku juga gak pernah ingin terlahir dari keluarga miskin. Aku ingin menikmati masa kanak kanakku dengan gembira. Ingin seperti remaja lain, tapi aku harus bekerja agar aku bisa kuliah. Gak semua yang kita inginkan dapat kita raih. Ini takdirku, aku akan jalani dengan ikhlas. Yang terpenting adalah dia seorang laki laki yang baik, jika ada yang mengatakan dia tidak baik, itu terserah mereka. Tidak akan merubah keputusanku untuk menerima lamarannya” itu sms Rara ketika aku memintanya untuk menolak lamaran laki laki. Untuk apa dia menerima lamaran laki laki yang tidak lagi memiliki pekerjaan tetap?mau makan apa?

Mau bagaimana lagi?Sebagai seorang sahabat aku hanya bisa memberikan dukungan kepadanya. Aku tau sudah banyak penderitaan hidup yang di alaminya , aku jauh lebih beruntung darinya. Jika berada dalam posisinya, belum tentu aku akan bisa melalui apa yang telah dia lalui selama ini. Sebuah perjuangan hidup yang panjang. Tak hanya kehidupan yang berat dilaluinya tapi perjalanan cinta yang penuh liku. Tahun 2011 lalu sebenarnya Rara akan menikah. Tapi Tuhan berkehendak lain, calon suami Rara yang tinggal di Singapura, tiba tiba dipanggil Sang Pencipta. Itulah takdir. Manusia berencana tapi Tuhan Maha Penentu.

Pernikahan Rara berjalan dengan lancar. Dia sangat cantik dengan kebaya putih. Dia tampak sangat bahagia. Walau ada peristiwa yang sangat mengores hati Rara. Dia sangat kuat, apalagi di dukung oleh teman teman yang baik dan mendoakan pernikahan Rara. Pernikahan itu adalah atas kehendak Tuhan. Jika bukan atas seizin Tuhan maka pernikahan itu tidak akan terjadi.

“Sahabatku Rara, aku tau apa yang dalam benakmu, aku tau sakit yang kau rasakan, meski engkau berusaha untuk tersenyum dan tegar di depan semua orang. Tapi didepan sahabatmu ini kau tak bisa lagi berbohong, kau terluka, kau tersakiti. Sungguh aku tidak mengerti, mengapa ada orang yang mengaku tersakiti tetapi menyakiti orang lain? Mempermalukan orang lain, sama saja mempermalukan diri sendiri. Kebencian hanya akan melahirkan kebencian. Rara, hanyalah manusia biasa ciptaan Tuhan, yang setiap hembusan nafasnya ditentukan oleh Tuhan. Jika dia bisa menentukan takdir pasti dia akan memilih takdir sesuai dengan keinginannya. Takdir yang tidak akan menyakiti dan menghinanya..

Rara, aku tetap sahabatmu yang akan terus mendukungmu. Menangislah jika kau ingin menangis.. Katamu, airmatamu sudah kering...ah Rara..doakanku selalu untukmu.

Cerpen#kehidupan#perjuangan#Cinta#persahabatan#




Bobby, sang pelipur lara telah pergi untuk selamanya...

Bobby in loving memory Jiwa yang baik telah pergi Rabu, 26 Desember 2018. Bobby pergi dalam usia 13 tahun dengan berbagai probl...