Siti! Rara berteriak berlari keluar
rumah memelukku. Tak terasa sudah 3 tahun kami tak berjumpa. Rara
bekerja dan kuliah di Bali, sedangkan aku memilih ibukota sebagai
tempat untuk mengadu nasib. Pernah sekali Rara mencoba keberuntungan
di ibukota , dia tidak betah dengan suasana Jakarta, padahal waktu
itu dia akan ditarik bekerja di sebuah perusahaan perumahan yang
bonafit! Dengan gaji yang cukup tinggi. Tapi Rara memilih kembali ke
Bali untuk bekerja, dia suka pantai, dan dikala dia bersedih, dia
akan duduk ditepi pantai.
“ayo masuk, ajak Rara. Aku berjalan
mengikuti memasuki rumahnya. Rumah kecil dan asri.
“Untukmu, aku menyodorkan sebuah kado
untuknya. Dia tampak bahagia. “Terima kasih, kedatanganmu saja
sudah sangat membahagiakanku” sambil mengusap airmatanya. Aku
memeluknya. Aku tau betul apa yang dirasakan oleh sahabatku ini.
Kami berteman sejak kami berusia 10
tahun. Aku sangat mengenalnya. Meski kehidupan yang pahit telah
membuat kami saling terpisah, tapi jarak tidak pernah bisa memisahkan
persahabatan kami. Kami selalu berkirim surat. Kepindahan keluarga
Raramu sering bolak balik. Ayahnya seorang pedangan kaki lima.
Sehingga mereka seringkali pindah dari satu kota ke kota lain. Dalam
suatu surat, Rara bercerita padaku, dia pernah puasa karena tidak ada
makanan dan berbukapun hanya dengan sambal. Aku hanya menangis
membaca suratnya.
“ calon pengantin tidak boleh banyak
menangis” aku mengusap wajahnya yang pucat. Dia memaksakan untuk
tersenyum. Aku orang yang prakmatis, bagiku pilihan Rara menikahi
laki laki ini, adalah suatu kebodohan. Mengundurkan diri dari
pekerjaan dan tidak memiliki rumah. Jika aku menikah haruslah dengan
orang kaya! Aku capek hidup susah!
“ Dia sangat baik, kami sama satu
visi, aku gak perduli dia tidak punya apa apa, cinta bukan karena
status” masih tergiang suara Rara ditelpon 2 minggu lalu.
Kelahiran, jodoh dan kematian memang
benar misteri Tuhan. Aku sangat menyayangkan Rara memilih laki laki
ini daripada mantan kekasihnya yang masih terus mengharapkannya.
Seorang pria lajang, kaya dan yang terpenting sangat mencintai Rara!
Tapi sikap posesifnya yang berlebihan mengakhiri rencana pernikahan
mereka 8 tahun yang lalu. Sampai saat ini mantan kekasihnya masih
terus menunggunya.
“ Tidak ada seorang gadis di dunia
ini bercita cita menikah dengan laki laki tidak punya pekerjaan.
Semua gadis ingin menikah dengan laki laki kaya. Bermimpipun aku
tidak. Aku juga gak pernah ingin terlahir dari keluarga miskin. Aku
ingin menikmati masa kanak kanakku dengan gembira. Ingin seperti
remaja lain, tapi aku harus bekerja agar aku bisa kuliah. Gak semua
yang kita inginkan dapat kita raih. Ini takdirku, aku akan jalani
dengan ikhlas. Yang terpenting adalah dia seorang laki laki yang
baik, jika ada yang mengatakan dia tidak baik, itu terserah mereka.
Tidak akan merubah keputusanku untuk menerima lamarannya” itu sms
Rara ketika aku memintanya untuk menolak lamaran laki laki. Untuk apa
dia menerima lamaran laki laki yang tidak lagi memiliki pekerjaan
tetap?mau makan apa?
Mau bagaimana lagi?Sebagai seorang
sahabat aku hanya bisa memberikan dukungan kepadanya. Aku tau sudah
banyak penderitaan hidup yang di alaminya , aku jauh lebih beruntung
darinya. Jika berada dalam posisinya, belum tentu aku akan bisa
melalui apa yang telah dia lalui selama ini. Sebuah perjuangan
hidup yang panjang. Tak hanya kehidupan yang berat dilaluinya tapi
perjalanan cinta yang penuh liku. Tahun 2011 lalu sebenarnya Rara
akan menikah. Tapi Tuhan berkehendak lain, calon suami Rara yang tinggal di Singapura, tiba tiba dipanggil Sang
Pencipta. Itulah takdir. Manusia berencana tapi Tuhan Maha Penentu.
Pernikahan Rara berjalan dengan lancar.
Dia sangat cantik dengan kebaya putih. Dia tampak sangat bahagia.
Walau ada peristiwa yang sangat mengores hati Rara. Dia sangat kuat,
apalagi di dukung oleh teman teman yang baik dan mendoakan pernikahan
Rara. Pernikahan itu adalah atas kehendak Tuhan. Jika bukan atas
seizin Tuhan maka pernikahan itu tidak akan terjadi.
“Sahabatku Rara, aku tau apa yang
dalam benakmu, aku tau sakit yang kau rasakan, meski engkau berusaha
untuk tersenyum dan tegar di depan semua orang. Tapi didepan
sahabatmu ini kau tak bisa lagi berbohong, kau terluka, kau
tersakiti. Sungguh aku tidak mengerti, mengapa ada orang yang mengaku tersakiti tetapi menyakiti orang lain? Mempermalukan orang lain, sama saja mempermalukan diri sendiri. Kebencian hanya akan
melahirkan kebencian. Rara, hanyalah manusia biasa ciptaan Tuhan,
yang setiap hembusan nafasnya ditentukan oleh Tuhan. Jika dia bisa
menentukan takdir pasti dia akan memilih takdir sesuai dengan
keinginannya. Takdir yang tidak akan menyakiti dan menghinanya..
Rara, aku tetap sahabatmu yang akan terus mendukungmu. Menangislah jika kau ingin menangis.. Katamu, airmatamu sudah kering...ah Rara..doakanku selalu untukmu.
Cerpen#kehidupan#perjuangan#Cinta#persahabatan#