BOY
BOY, Istirahatlah nak..
Hari ini, kepala terasa berat, pusing dan hati masih terasa ngilu. Semalaman tidak dapat tidur dengan nyenyak, mungkin hanya 1 jam yang benar benar tidur. Ketika jam menunjukan pukul 12 malam, Mas Aris, suamiku memintaku untuk segera tidur. Aku bilang, tidak bisa tidur, karena masih kepikiran Boy. Mas Aris terdiam lalu berkata, sekarang Boy sudah di surga bersama Qitmir. Hatiku sakit sekali rasanya, dadaku terasa sesak, seperti tertusuk panah, sakitnya sampai ke ulu jantungku. Aku tidak dapat untuk menghentikan airmataku dan tangiskupun meledak seketika. Mas Aris memelukku dan mencoba menenangkanku. Aku kecewa, kenapa tidak beritahu aku dari tadi. Mas Aris tidak memberitahuku ketika Boy pergi karena dia tahu aku pasti akan sangat terluka dan stress. Dia terpaksa memberitahuku ditengah malam karena aku mengatakan bahwa besok pagi akan bawa Boy ke rumah sakit. Tapi itu tidak kesampaian. Sang pemilik kehidupan telah membawa Boy kembali.
Boy datang seminggu lalu, tepatnya hari senin. Entah darimana datangnya. Tiba tiba masuk ke perumahan kami tanpa terlihat oleh satpam. Suatu pagi yang cerah, aku mendengar Bobby dan Candy sangat berisik di halaman. Aku keluar, untuk melihat apa yang terjadi. Di depan pagar berdiri Boy dengan gagahnya, wajah yang ramah, memangil mangil untuk berkenalan. Semula aku kira itu Rocky, anjing tetangga sebelah yang sering berdiri di depan pagar dan bermain bersama Bobby dan Candy. Rocky dan Boy hampir mirip. Ternyata bukan Rocky. Dia tampak ramah, baik dan lucu. Kemudian dia mengikuti satpam yang bertugas berkeliling dengan motornya, setelah itu dia duduk dikantor satpam dan tidak mau pergi dari sana. Karena kepatuhan dan keramahannya satpampun menyukainya. Satpam memberi dia nama BOY.
Aku dan suamiku membelikan Boy sebuah kalung dan rantai berwarna merah serta makanan untuk Boy. Dia memakannya dengan lahap. Selama beberapa hari Boy sangat gembira bermain, aktif, sehat dan jalan jalan bersama Bobby dan Candy. Boy suka sekali jika dibelai, hewan juga ingin diberikan kasih sayang. Dia mendekat untuk dibelai, dan matanya bahagia sekali jika dibelai. Tapi tampaknya kehadiran Boy, ada yang tidak menyukainya. Tapi biar sajalah yang penting Boy tidak menganggu orang lain. Aku sudah bilang pada satpam yang menjaganya bahwa aku akan membawa Boy ke rumah sakit untuk memberinya vaksin. Masih mencari waktu yang tepat. Satpampun setuju untuk kebaikan Boy. Tapi tiba tiba Boy muntah dan lemas. Senin ini aku sangat sibuk diluar untuk mengurus beberapa hal. Sore pukul 5 aku pulang, aku melihat Boy sudah sekarat, dia lemah, sudah tidak boleh berdiri. Sangat aneh, Boy yang semula sehat, aktif makan banyak tiba tiba seperti itu.
Aku langsung menangis melihat kondisinya. Itulah aku, sangat mudah iba terhadap apa saja. Menonton film yang sedihpun akan banyak menguras airmataku. Aku pernah merasakan hidup susah jadi ketika aku melihat dalam filmpun itu terasa nyata bagiku, dan aku akan menangis, seolah peran yang dilakoni itu aku yang mengalami (mungkin bagi oranglain aku terlihat bodoh, tapi setiap manusia memiliki jiwa dan rasa yang berbeda).
Terlebih melihat kondisi Boy. Aku seperti merasakan sakitnya. Matanya sayu, dia masih bisa menengok dan melihatku ketika aku panggil namanya. Dia menatapku dengan sayu. Hancur sekali hatiku melihat tatapan lemah dan tidak berdaya. Dulu Anjingku mati tragis diracun orang. Sehingga pengalaman itu meninggalkan kesan yang amat menyakitkan untukku. Bagiku sesama makhluk Tuhan kita harus saling sayang, tidak hanya kepada manusia tapi juga kepada hewan dan tumbuhan. Aku dibesarkan oleh orangtua yang menyayangi hewan dan tumbuhan. Bagi orangtuaku hewan dan tumbuhan memiliki nyawa, sama seperti manusia.
Kondisi Boy yang parah, membuatku shock, aku menyesali diri, menyalahkan diriku sendiri, kenapa aku siang tidak balik ke rumah dan melihat kondisi Boy di kantor satpam. Aku benar sibuk seharian, aku tidak menyangka Boy akan separah itu. Segera aku pulang dan menelpon rumah sakit hewan, sayangnya rumah sakit hewan tutup jam 5 sore dan mereka tidak ada layanan 24 jam. Aku berkali kali telpon tidak diangkat. Mas Aris mencoba menelpon muridnya, dan muridnya belum menjadi dokter sehingga tidak boleh mengambil tindakan apapun. Mas Aris berikan Boy garam dan gula pada air minumnya. Boy pergi menunggu kami pulang. Boy pergi dalam belaian Mas Aris. Mas Aris tidak beritahu aku seketika itu karena aku dirumah sibuk mencari klinik 24 jam, karena bukan di negara sendiri, jadi tidak mudah untuk mendapatkan alamat Dr Hewan, meski di internet ada tapi mesin penjawab yang banyak menjawab. Tapi usahaku sia sia. Boy sudah pergi. Semua sudah terlambat. Boy mati diracun! entah siapa yang melempar makanan yang berisi racun. Mulutnya berbusa, badannya lemah.
Tak dapat terkatakan sakit dan pedih hati ini. Aku menangis dengan keras. Airmataku keluar bak air bah. Boy memang seekor anjing, anjing jalanan pula tapi bagiku Boy adalah mahkluk bernyawa dan kematiannya membuat aku sungguh merasa kehilangan. Aku tidak dapat membayangkan betapa kejamnya manusia yang memberinya makanan yang berisi racun. Apa salah Boy? dia tidak pernah menganggu siapapun, diapun baru satu minggu disini. Bukankah dia dapat membantu satpam menjaga keamanan? Apa salah dia diciptakan sebagai anjing? apakah manusia "biasa" seperti kita "berani" mengatakan diri kita lebih tinggi derajatnya daripada anjing? sedangkan Nabi Musa sekalipun tidak berani mengatakan bahwa derajadnya lebih tinggi dari bangkai seeokor anjing. Padahal beliau adalah seorang Nabi, seorang rasul yang dipilih Allah. Beberapa hadist mengatakan bahwa anjing itu najis (kotor), sekotornya anjing masih bisa dicuci dengan tanah dan air, tapi kotornya hati manusia tidak dapat dicuci oleh apapun.
http://yuhastina.blogspot.com/2014/02/nabi-musa-dan-bangkai-seekor-anjing.html
http://yuhastina.blogspot.com/2014/01/ibrahim-ibn-adham-sang-pangeran.html
http://yuhastina.blogspot.com/2014/02/nabi-musa-dan-bangkai-seekor-anjing.html
http://yuhastina.blogspot.com/2014/01/ibrahim-ibn-adham-sang-pangeran.html
Aku berdoa meminta kepada Allah SWT untuk menyadarkan orang yang telah memberi racun kepada Bobby (anjingku sewaktu aku masih SD) dan juga Boy. Mereka memang hanyalah hewan, tapi mereka juga memiliki nyawa. Jika manusia merasa diri mereka lebih tinggi derajad daripada anjing, sungguh manusia yang sombong, sanggup menghina dan menganiaya makhluk lain ciptaan Allah SWT.
Boy yang malang, kau menghantarkan nyawamu ke sini, jika kau masih di jalanan mungkin kau masih hidup merdeka bebas berlarian. Manusia memang kejam. Boy, selamat jalan nak..maaf kami tidak dapat menyelamatkanmu. Tuhan lebih sayang kepadamu. Kau pasti sekarang sedang bermain main dengan Qitmir di Surga...we love you.. i don't see you as an animal, i see you as a living being, i see you as a friend, i feel your soul..
#Qitmir#Ashabul Kahfi#Anjing#Surga#Saling Sayang Sesama Mahkluk Hidup#Saling Hormat sesama mahkluk#